Rabu, 27 Februari 2013
PENGORBANANMU AYAH
PENGORBANANMU AYAH
Karya
Istiana Manek
Langit begitu cerah,
Matahari begitu terik menyinari alam raya nan indah, angin yang begitu
sayup-sayup mengiringi pepohonan yang bergoyang ke kanan dan ke kiri. Seolah
mereka ikut merasakan suasana hatiku saat ini.
”Alhamdulillah,
akhirnya saat-saat yang ku impikan selama ini terwujud juga,berkat usaha dan
kerja keras pastinya!” gumamku dalam hati yang penuh riang gembira.
“Yah
kak Putri kok senyum-senyum sendiri sih?” Tanya adikku Riri dari arah depan
rumah sedikit bercanda.
“Apaan
sih dek,oh ya…Ayah sama Ibu ada nggak?” Tanyaku menantikan kepastian.
“Mmmm….Kastau
nggak yah?”
“Kastau toh dek, masuk rumah yuk!” Ajakku sambil
menggelitik Riri dan merangkulnya untuk masuk bersama-sama ke rumah.
Mereka
berdua pun masuk dalam rumah. Dan putri langsung bergegas ke kamar untuk
mengganti seragam sekolahnya dengan suasana hati yang tidak sabaran untuk
segera mengabarkan kepada Ayah dan ibunya tentang apa yang di impikannya selama
ini untuk menjadi seorang juara umum sekolah akhirnya tercapai juga.
“Yah…Bu…!!!”
Cariku seraya membuka gorden yang tergantung di depan pintu, tapi tak juga ku
temukan
Aku
pun bergegas ke dapur dengan penuh harapan bisa menemukan Ayah atau pun Ibu
untuk meluapkan rasa kebahagiaan yang ku rasakan.
“Ada
apa toh nak?” Tanya Ibu dari arah belakangku sambil memegang pundakku yang
sontak membuatku kaget.
“Ibu,,,
putri sampai kaget, Ibu dari mana?dari tadi putrid keliling lho nyari Ayah sama
Ibu! Ayah ke mana?” Tanyaku sambil menyalami Ibu dengan hati penuh penasaran.
“Oh
itu…Ibu nggak ke mana-mana Nak, Ibu tadi dari belakang cari angin sambil
lihat-lihat para petani yang lagi bersihkan kebunnya! Kalau Ayah tadi izin mau
ke warung Mpok Iyem, sebentar lagi pasti kem…”
“Assalamu’alaikum…”
Ucap Ayah yang baru saja pulang.
“Waalaikum
salam…” Jawabku kompak sama Ibu
“Nah…Put,
itu pasti Ayah! Coba kamu ke ruang tamu Put” Ibu yang coba meyakinkanku.
Aku
pun menuju ke ruang tamu untuk menemui Ayah.
“Udah
pulang Put?gimana hasilnya?” Tanya Ayah dengan nada sedikit capek.
“Udah
Ayah…, Yah ikut Putri ke ruang keluarga yuk! Ada yang putrid mau diskusikan
nih!” sambiil menyalami tangan Ayah dan menariknya menuju ruang keluarga.
Mereka
pun melangkahkan kaki menuju ruang keluarga yang sedari tadi sudah ada Ibu dan
Riri
“Nah,karena
semua sudah terkumpul, putri mau ngumumin sesuatu yang sangat penting yaitu,
hari ini putri jadi juar 1 umum di sekolah Putri, Ja…” Ucapku tidak sabaran
untuk menyampaikan berita gembira itu dan saat akan melanjutkan
bicara,tiba-tiba Riri memotong bicaraku.
“Wah…selamat
ya kak,kakak Riri memang hebat banget deh!”
Ucap Riri penuh pujian.
“Alhamdulillah,Ayah
sama Ibu bangga padamu Nak!” Tiba-tiba saja Ayah yang sesekali tangannya
menyeka air mata yang hampir saja tumpah .
“Alhamdulillah Nak, akhirnya usaha
dan kerja kerasmu selama ini membuahkan hasil” Ucap syukur Ibu yang tak bisa
lagi membendung air mata haru akan prestasi gemilang Putri.
“Jadi, hadiah putri yang Ayah
janjikan tahun lalu masih berlaku kan? Janji kalau putri bisa menjadi peringkat
yang pertama di sekolah Ayah akan belikan Putri motor?” Harapku yang mencoba
mengingatkan kembali ucapan Ayah yang takkan pernah kulupakan.
Tiba-tiba suasana di ruangan keluarga
yang tadinya penuh rasa bahagia dan haru tergantikan dengan suasana tegang.
“Anakku sayang… Ayah minta maaf,
untuk kali ini ayah nggak bisa tepatin janji Ayah! Bukannya Ayah udah nggak
ingat lagi, tapi sekarang kan adik kamu Riri butuh biaya yang tidak sedikit
untuk awal masuk SMP yang tidak lama lagi akan di buka, apa kamu mau adikmu
berhenti sekolah hanya karena mengutamakan kamu membeli sepeda motor? Kamu
nggak mau kan?” Ayah mencoba memaparkan
panjang lebar dan mengharapkan penngertianku sebagai seorang kakak.
“Iya Nak, sekarang ekonomi keluarga
kita juga kurang baik, Ibu minta pengertianmu Nak, Ayah dan Ibu sayang sama
kalian berdua, mana mungkin kami harus membeda-bedakan kalian!” ibu yang
mencoba kembali memberikanku sebuah pengertian.
Aku bisu sesaat, diam tanpa kata
seperti kerasukan setan, pikiranku sontak kacau beradu tentang bicara apa yang
harus ku keluarkan untuk menjawab semuanya.
“Aaa…aa,,yah!” Ucapku gemetaran,yang
sontak membuat air mataku jatuh begitu deras membasahi pipiku.
“Nak,kamu ngerti Ayah sama Ibu kan?”
Ibu yang sangat sedih melihat perubahanku yang tidak bisa mendapati hadiah
motor
Di dalam diamku,tiba-tiba terlintas
dalam benakku bahwa aku harus menenangkan pikiranku di rumah teman baikku yaitu
Refy
“Ayah…Ibu… kayaknya Putri perlu
istrahat untuk menenangkan hati dan pikiran Putri yang sangat kacau ini,Putri akan menginap di
rumah Refy sahabat baik Putri untuk beberapa hari atau pun minggu, putri harap
maklum Ayah sama Ibu!” pinta Putri penuh keyakinan dan kepastian yang membut
hati Ayah dan Ibunya teriris dan hancur berkeping-keping.
“Jangan Put, Ayah sama Ibu
menyayangimu, lihatlah teman-teman sebayamu, mereka juga sampai sekarang masih
menggunakan jasa angkot,nanti kalau ada rezeki lebih sedikit demi sedikit ayah
akan menabung supaya bisa membelikan kamu motor walau pun dengan menggunakan
kredit nanti biaya bulanannya Ayah bayar secara rutin,walaupun kita hanya makan
seadanya tapi kita merasakan sentuhan hangat keluarga dan selalu bersama-sama suka
maupun duka berbeda halnya dengan hidup di tempat orang lain, tetapi selalu
lebih nyamam bersama Ayah dan Ibu serta adikmu Riri, kasih sayang kami tak kan
pernah luntur, apalagi dia hanya seorang teman keluarganya belum tentu
menyukaimu Nak!” Ayah yang benar-benar memohon kepada sang anak untuk
mengurungkan niatnya itu walaupun jauh di lubuk hatinya, dia sangat teriris dan
mersa gagal menjadi Ayah yang baik.
“Jangan lakukan itu sayang, kami
akan merasa sangat sedih dan bersalah, lagi pula saat itu ibu dan ayah belum
memiliki uang yang cukup, ukh…ukhh..ukh!” ucap tangis ibu yang jatuh deras
begitu deras membasahi pipinya
“Jangan kak!” Permohonan Riri yang
dari tadi berdiam diri mendengarkaan perbincangan Ayah,Ibu dan kakaknya.
Putri tidak tahan lagi,dan dia
langsung bergegas pergi ke kamar untuk mengambil dan menyiapkan barang-barang
yang akan di bawanya,setelah selesai dia langsung bergegas pergi.
“Putri pergi…Assalamu’alaikum”
berlalalu pergi dan berbicara tidak pada biasanya.
Ayah dan Ibu yang masih
duduk di ruang keluarga hanya bisa menyapu dada serya beristighfar memohon
ampun kepada-Nya, atas apa yang telah dilakukan anaknya.
“Semoga kamu sampai
rumah temanmu itu dengan selamat Nak!” ucap Ayah dengan hati tidak ikhlas seraya
melihat kepergian anaknya yang memegang
koper dan tas bawaannya.
Dia pun langsung menuju
rumah Refy yang agak jauh dari rumahnya, dan di sambutnya dengan penuh
kehangatan oleh Refy dan Ayahnya tetapi lain halknya dengan Ibunya, dia dari
awal tidak menyukainya apa lagi sampai menginap di rumahnya. Tetapi karena demi
anaknya dia tidak banyak berkomentar.
“Assalamu’alaikum…”
“Waalaikum salam,
eh…nak Putri ayo masuk dulu” Ajak Ayah Refi dengan ramah.
“Eh…Put sini aku bantu
pegang tasnya! Langsung ke kamarku ya” ajak Refypenuh kegirangan karena
kedatangan sahabatnya
“Ayo ajak Fy…pasti
Putri kecapean,biarkan dia istrahat”
Malam telah berganti
menjadi siang,bulan berganti menjadi matahari, suara ayam bergantian untuk
mengumumkan bahwa pagi telah datang. Ayah Putri pun bersiap-siap ke tempat
kerjanya untuk meminjam uang untuk membeli hadiah yang sudah pernah di janjikan
kepada Putri.
“Ibu, Ayah pergi dulu
yah…Assalamu’alaikum” Ayah berpamitan.
“Iya Yah, hati-hati di
jalan” seraya menyalaami tangan Ayah.
Selang beberapa
kemudian Ayah Putri pun telah selesai mengambil pinjaman uangnya, dan
bersiap-siap untuk menjemput Putri di rumah sahabatnya Refy.Saat hendak naik
motor, tidak jauh dari tempat parkiran motor ada 2 sosk tubuh besar dan kekar
yang dari tadi terlihat memperhatikan Ayah Putri yang sedang memegang tas yang
berisikan uang.
“Ngggg…Nggg…Ngg…”Bunyi
motor orang-orang yang berwajah menyeramkan.
“Gubrakkk…rkkk..grkkk…”Bunyi
suara motor jatuh dan ternyata itu adalah Ayah Putri
“Para wajah menyeramkan
itu langsung kabur dengan membawa uang Jutaan”
“woee…woowee..Jangan
kabur lo” teriak warga yang berada di
skitar kejadian dan mereka tidak lagi mengejarnya karena telah terfokus dengan
apa yang ada di depan mereka yaitu lelaki tua yang sudah berlumuran darah
akibat benturan dahsyat.
Karena tidak ada yang
mau bertabnggung jawab dan mengocek kantong Ayah Putri tidak langsung dilarikan
ke rumah sakit hingga membuatnya kehilangan nyawanya.
“Kringgg…kring…kring”
Suara Handpone Ibu Muhrifa (Ibu Putri)
“Halo Assalamu’alaikum”
“Apa betul ini istri dari
bapak yang punya nomor ini” suara yang terdengar asing,hingga membuat hati Ibu
putrid merasa khawatir.
“Iya,ini siapa ya?
Kenapa handpone suami saya sampai di tangan anda?
“Ibu yang sabar
ya,bapak ini baru-baru kecopetan karena beliau bersikukuh untuk tidak
memberikan tas menurut saksi akhirnya beliau di dorong hingga kepalanya
terbentur batu! Ibu yng sabar ya..Tuuuutttt,,,tuuuuttt!”
Ibu Putri pun langsung
pingsan. Dan setelah 1 jam kemudian Ibu Putri sadarkan diri dan sudah banyak
keluarga, kerabat, tetangga orang-orang yang mengenal beliau berdatangan ke
rumahnya yang telah mengetahui kematian Ayah Putri. Tinggal 1 orang yang belum
tahu yaitu Putri anak sulungnya. Tidak lama kemudian Putri datang.
“Aaaa…aaa…aaa..yaahhhhh…aukh..ukh..ukh”
panggilnya dengan berjalan terseret-seret seolah tidak percaya bahwa yang
berbaring lemah tak bernyawa yang dilihatnya adalah sang ayah yang selalu
menasehatinya.
“Iiiiibbbuuu….Riiirriiii”
panggilnya dengan penuh penyesalan
“Sini Nak, lihat Ayahmu
Nak, Dia begitu menyayangi kalian berdua! Hingga dia tetap berkorban tidak
mendapat gaji setahun yang penting mendapat pinjaman untuk membelikan motor
untukmu, walaupun dia sakit dia tetap bersikukuh untuk meminjam dan menjemputmu
untuk membeli motor bersama-sama, tapi dalam perjalanannya mendapatkan uang dia
mendapat musibah.” Cerita ibunya dengan suara yang hampir tak terdengar lagi
dengan sesekali sesenggukan.
“huhuhu…huuu…huuu,Maaafin
Putri bu! Putri janji nggak bakalan terulang lagi”
“Tidak ada yang perlu
di salahkan Nak” seraya memeluk erat Putrid an Riri
Dan putri pun tak
henti-hentiya menangis dan meratapi kepergian ayahnya yang di rasa begitu
cepat.Dia sangat terpukul dan tak henti-hentinya menyalahkan dirinya bahwa
dialah penyebab Ayahnya meninggal. Semua yang berada dalam ruangan merasa
tersentuh, walaupun beberap warga sekitar yang mengetahui penyebab kematian Ayah
Putri adalah Putri sendiri. Tapi apalah adaya, ini adalah sebuah takdir yang
harus di ikhlaskan karena semua makhluk ciptaan-NYA pasti akan kembali menghadap
Allah SWT.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
mantap.. semakin maju aja.. banyakin postingannya mbak biar ntar eksis di duma.. (y) ane newbitol (newbie tolol) cman bsa ngedukung..
Aamiin. Baru penulis pemula...
Posting Komentar